Kisah Nabi Yusuf as GPAI Kota Magelang

Keteladanan Nabi Yusuf as yang harus kita contoh dalam kehidupan sehari-hari

Kisah yang terkandung dalam Al-Qur’an antara lain adalah kisah Nabi Yusuf AS. Dimulai dari mimpi, terpisah dari ayahnya sampai berkumpul kembali dengan keluarga di Mesir yang diambil dari surat Yusuf. Kisah ini lebih menekankan pada suka duka kehidupan Nabi Yusuf di waktu kecil.

Kisah dukanya dimulai dari terpisah dengan ayahnya; dijebloskan ke sumur. Sampai akhirnya ia mengalami masa suka dalam kehidupannya; bertemu dengan sanak keluarga yang telah lama berpisah dan berkumpul dalam satu negara yaitu Mesir.

Nabi Yusuf adalah anak bungsu Nabi Yakub AS. Kisah Nabi Yusuf disebut kisah terindah dikarenakan beberapa alasan. Pertama, kisah ini paling terinci dari segala kisah yang ada di dalam al Qur’an. Kedua, sepenuhnya membahas mengenai perubahan sifat manusia. Ketiga, penggambaran dengan warna yang hidup, keterlibatan secara rohani, segi kehidupan yang beraneka ragam, membuat begitu banyak pelajaran yang terdapat di dalamnya

Nabi Yusuf bermimpi melihat 11 bintang, serta matahari dan bulan bersujud kepadanya. Mimpi Nabi Yusuf AS tersurat pada ayat ke-4. Secara tersurat, ayat ini menceritakan Yusuf remaja menyampaikan kepada sang ayah (Nabi Ya’qub as) bahwa ia telah bermimpi yang aneh. Dalam mimpinya ia menyaksikan sebelas bintang serta matahari dan bulan bersujud kepada dirinya.

Mimpi aneh Yusuf membuat ayahnya memiliki keyakinan bahwa kelak Yusuf akan menjadi orang penting dan memiliki kekuasaan. Juga terbersit harapan di hati sang ayah bahwa Yusuf-lah yang akan meneruskan nubuwwah (kenabian) yang diwariskan moyang mereka, Nabi Ishaq as dan Nabi Ibrahim as.

Peristiwa pokok ini melahirkan peristiwa pengiring berupa kecemburuan dan merasa diperlakukan tidak adil dalam hal kasih sayang yang tertanam dalam hati saudara-saudara Yusuf as (ayat 8).

abi Yusuf AS disingkirkan saudara-saudaranya yang tersurat pada ayat ke-9 sampai 10. Saudara-saudara Yusuf AS mencari jalan bagaimana caranya agar kasih dan sayang sang ayah kembali tertumpah kepada mereka. Upaya yang ditempuh ialah dengan menjerumuskan Yusuf as ke dalam sumur yang dalam.

Umumnya, seorang anak kecil yang diletakkan dalam sumur dalam keadaan tak berbaju lalu ditinggalkan saudaranya, pastilah ada rasa takut, cemas, khawatir melalui tangisan dan jeritan. Tetapi Nabi Yusuf tidak demikian. Ia terhibur dengan makna mimpi yang diceritakan sang ayah. Apalagi, ia mendapat wahyu ketika berada di sumur itu bahwa ia tidak perlu khawatir dan pasti Allah akan menyelamatkannya.

Sampai di sini, cerita tentang Yusuf AS sementara waktu berhenti. Pada ayat-ayat berikutnya al-Qur’an hanya meneruskan cerita tentang saudara-saudaranya setelah berhasil menjerumuskan dirinya ke dasar sumur, termasuk penjelasan alibi dan alasan yang mereka kemukakan kepada sang ayah perihal terbunuhnya Yusuf as akibat diterkam serigala.

Cerita Yusuf as kembali dimunculkan namun dengan gaya penokohan pasif, yaitu tatkala ia ditemukan oleh kafilah yang kemudian membawanya ke Mesir, menjualnya sebagai budak, dan akhirnya dipungut sebagai anak angkat oleh pembesar Mesir.